Shaf paling depan

Keawalan datang ke masjid terkadang beruntung juga karena mendapatkan shaf yang paling depan yang masih kosong. Syafiq yang masih 7 fahun itu mengikuti duduk disamping karena agaknya ia tak mau jauh jauh dari ayahnya. Kulihat matanya mulai mencari cari dan menoleh ke kiri dan kanan ketika sang bilal yang merangkap Siak masjid itu bersiap siap untuk mengumdangkan iqomah. Seorang Bapak berujar kepadanya agar ia siap siap pindah ke Belakang. Entah apa yang ada di fikiran si Bapak ini. Agaknya menurutnya wajar jika ia meminta Syafiq pindah karena anak murid yang bersekolah tak jauh dari masjid itupun sudah membuat shaf mereka dengan rapi dan juga di belakang.

Ia bertanya kepadaku kenapa tak dibolehkan anak anak berada di shaf depan padahal aku datang duluan. Kukatakan kepadanya bahwa ada juga masjid yang membolehka anak anak di depan namun masjid yang kebetulan kita bersholat di dalamnya sekarang ini tak membolehkan.

Ia mulai berakal juga nampaknya. Pertanyaanya menyulitkanku terkadang kala. Pernah ia bertanya tentang pentingnya sholat dan lalu jika sholat kita baik apa pula untungnya buat kita. Kujawab dengan pendek pendek saja agar akalnya yang masih kanak kanak itu mudah mencernanya.

Kukatakan kepadanya, baik baikilah sholatmu karena itu yang menjadi pangkal ukur. Jika sholatmu dinilai baik maka amalan yang lain dipastikan akan baik. Lalu keseringannya kita sholat akan membuat kita menjadi insan yang penuh kasih di alam semesta ini. Dengan sholat ini akan mencegah kita berbuat hal yang keji dan terlarang.


Photo tahun 2017

Payah juga rasanya menjelaskan kepadanya terutama saat ia tanya tentang syurga. Anaku syurga itu ada, namun betapa besarnya keindahan syurga dengan hal hal yang ada di dunia ini maka sangatlah besar bedanya. Matanya berbinar juga saat kujawab bahwa es krim juga ada di sana dan lebih enak dari es krim yang biasa dijual orang di kedai kedai dekat rumah kita.

Selain es krim, apa yang membuat orang orang ingin ke syurga? Banyak anaku, kalau ayah ditanya tak kuasa rasanya menjawabnya.

Ingin kukatakan kepadanya jika dia sudah beraqal betul nantinya bahwa di syurga kau bisa melihat wajahNya dan bersua dengan baginda nabi yang sudah pasti berada di syurga pula.

Anaku, manusia itu aneh: mereka adalah makhluk yang lemah dan pemalas namun berharap balasan yang tinggi. Kuat kuatkanlah tekad kita dan rajin rajin benar lah kita agar balasan tinggi itu membuatkanNya ridho memberikan kepada kita.

Begitulah Sahabat Anshar

Salah satu kondisi yang mencekam adalah saat rasulullah bersama 9 sahabatnya terdesak hebat sewaktu pertempuran uhud. 7 orang anshar dan 2 muhajjirin bersama beliau.

Lalu sang baginda bersabda, ” barangsiapapun yang melindungi kita, maka dia masuk surga atau dia akan menjadi pendampingku di syurga”. Mendengar ucapan baginda, maka salah satu sahabat anshar tersebut maju merangsek mencoba menerobos pasukan quraisy yang hendak membunuh mereka. Ia menerobos dan bertempur sekuat tenaga sampai ia berhasil membunuh musyrikin quraisy hingga ia sendiripun terbunuh.

Sahabat anshar lainya juga melakukan hal yang sama dalam rangka melindungi sang baginda. Sehingga akhirnya ke tujuh mereka terbunuh. Sahabat anshar terakhir yang terbunuh adalah umarah bin yazid bin askan. Ia bertempur walau mendapat banyak luka. Terus maju menerjang musuh sampai akhirnya ia jatuh terjerembab tak berdaya, menjemput syahidnya.

Menyaksikan pengorbangan anshar dan sikap tulus mereka, baginda berkata kepada dua sahabat muhajjirin, yaitu thalhah bin ubaidillah dan saad bin abi waqqash ” mereka tidak ‘adil’ terhadap kita”.

Begitulah sahabat anshar, mereka mencintai nabi melebihi rasa cinta kepada diri mereka sendiri.

Masjid Fatih di kota Eindhoven

Masjid ini namanya masjid Fatih. Masjid yang dikelola oleh orang Turki di kota Eindhoven, Belanda. Nampaknya menjadi masjid raya di Eindhoven juga. Saya berkesempatan mengunjungi kota Eindhoven dari tanggal 29 Jun-5 Juli pada tahun 2015 (5 tahun lalu). Waktu itu saya membawakan 2 conference paper. Session chairnya adalah Prof Esteban Erlich (sudah meninggal sejak tahun lalu). Beliau adalah salah satu pakarnya di bidang power system. Paper yang saya bawakan ini sudah dirujuk oleh banyak peneliti lain. Di sinilah saya juga bertemu dengan beberapa orang putra hebat dari tanah air yang juga membawakan paper mereka. Ada Dr. Marwan Rosyadi dari Jepang, Lesnanto Putranto dari UGM dan Ricky Faisal dari PT PLN (Persero) yang sekarang bertugas di Kalimantan.

Saya sempat 1 kali berbuka puasa di masjid ini karena bulan Juni-Juli 2015 masih bertepatan dengan bulan Romadhon. Photo photo berikut menunjukan sekelumit sudut masjid yang sempat saya ambil gambarnya. Yang menariknya, adalah ada juga photo besar barisan sultan sultan yang memerintah sejak Usman sampai sultan terakhir serta peta cakupan pemerintahan daulah usmani ini.


Tempat berbuka berada di lokasi terpisah. Tersusun rapi dengan meja dan kursinya. Beberapa anak muda dengan sigap melayani jamaah dengan menghidangkan makanan berbuka dan makanan besar. Salah satu jamaah menyodorkan daging kebabnya. Saya katakan bahwa yang ada di pinggan saya sudah cukup dan kemungkinan saya tak akan mampu menghabiskanya. Ia tetap memaksa dan saya tak pula bersikeras untuk menolak.

 


Tanda masuk magrib ditandai dengan kumandangan azan oleh sang bilal. Mereka berbuka lalu ada yang tausyiah menjelang tausyiah usai merekan pun nampaknya hampir selesai melahap bukaan dan lauk pauk yang ada di depan mereka. Tinggal saya yang kesulitan menghabiskan karena porsi saya adalah porsi tambahan dari jamaah yang duduk di sebelah saya. Saya berusah menghabiskanya namun menjelang penutup tausyahnya sang da’I menyampaikan sebuah hadits “Makan dan minumlah namun jangan berlebihan”. Saya gundah namun tetap saya habiskan, karena membuang makanan adalah pekerjaan yang sia sia dan kawanya orang yang seperti ini adalah syaiton…bukankah saya selali berdoa agar menjadi bagian dari hamba yang soleh??

Surat Lama Pengakoean Berhoetang

Dari surat 1923 ini terungkap nama asli datuk saya adalah Aminullah. Setelah beliau berhaji di tahun 1927 (paspornya masih ada) digelar dengan Abdullah. Surat ini bersama surat surat lama yang setumpuk tingginya masih tersimpan baik. Bahkan surat beliau membeli auto (merek ford) di Padang pada seorang belanda dan beliau jualpun kepada orang melayu Perak yang berdiam di Koek pun masih ada. Tidak hanya surat berhoetang yang diarsipkan, surat jual beli, surat memperduakan ternak pun tercatat dengan rapi pun begitu surat beliau dibebaskan dari kerja rodi (akan saya posting di lain waktu).

Menarik cara menulis identitas orang dulu seperti dicontohkan disurat
Nama Aminullah, Gelar Nahoda Kajo, Seokoe Petopang, Kampoeng Poelaoe Payoeng, Negeri Roembio.

Nama Djoenan, Soekoe Petopang, Negeri Koto Nan Gadang Poja comboh (Payakumbuh). Mulai nama, gelar/nama alias, soekoe, kampoeng dan negeri.

Petopang ada di Roembio Kampar dan Negeri Koto Nan Gadang Poja comboh-Sumbar. Datuk saya pernah tinggal di Poelaoe Payoeng, Roembio, Pasoebilah, Teratak dan Kubu Tjubadak Termasuk Wilayah Kenegerian Rumbio (Kabupaten Kampar, Propinsi Riau).

Tak pernah putus harap

Ini photo nenek saya pada tahun 1969 waktu beliau mendaftar haji. Sejak datuk meninggal tahun 1952 an nenek membesarkan anak anaknya sendiri. Beliau wafat tahun 1989.


Mendaftar haji tahun 1969 dan karena satu dan lain hal baru berangkat haji pada tahun 1983 di usianya yang sudah memasuki 80an. Namun beliau tak pernah purus harap untuk mengunjungi ka’batullah.

Disangka tak akan pulang ke tanah air karena usia tuanya ternyata nenek pulang dengan kondisi fisik dan mental yang sehat. Saya menyaksikan beliau selalu bersama al quran dengan terjemahan arab melayu. 3 bulan menjelang wafatnya beliau sakit keras. Namun walaupun berguling tertelentang saja di rumah, tak sedikit pun badanya mengeluarkan aroma tak sedap. Selama sakit ia paksakan ke kamar mandi tanpa mau dipapah oleh orang lain, mungkin ke kamar mandi adalah urusan pribadi sehingga ia malu jika di lihat orang.

Bagi saya, dan kami orang melayu yang bersuku piliang malintang bahwa perempuan kampar yang dengan adat matrilinearnya yang kuat itu rata rata mereka tahan banting. Di adat kampar kita lihat bahwa perempuan diberi fungsinya tersendiri. Mereka di koordinir oleh seorang si ompu. Ompu ini agaknya sudah di bahasa indonesiakan menjadi empu yang artinya ibu. Semisal empu jari=ibu jari. Jadi si ompu adalah si ibu yang mengkoordinir para perempuan di suku suku terkait serta anak pinak mereka. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak anaknya. Dari ibu yang kuat akan dihasilkan anak anak yang kuat pula insyaAllah.

Umit dan Cinta Umar kepada Rasulullah

Dikisahkan bahwa sehari menjelang rasulullah menaklukan kota Makkah dan Abu Sufyan tidak tahu apa yang harus dilakukan karena dia tahu bahwa kapanpun salah satu dari kaum muslimim pasti bisa menemukannya dan membunuhnya. Tentu semua kaum muslimim ingin membunuhnya karena ia adalah seorang pemimpin jahiliah quraisy yang sudah banyak menyusahkan kaum muslimin.

Abbas bin Abdul muthallib, paman kandung rasulullah, yang mengendarai keledai rasulullah waktu itu bertemu dengan Abu Sufyan dan membujuknya agar mau bertemu dengan rasulullah. Tentu hal yang berat untuk dilakukan. Seseorang yang begitu lama dan sengitnya memusuhi rasulullah dan kaum muslimim sekarang karena posisi terjepitnya harus menyerahkan diri dan mengakui kalah kepada rasulullah sekaligus menyatakan iman kepada allah dan rasulnya. Cukup lama Abbas meyakinkan Abu Sufyan bahwa mendatangi rasulullah adalah pilihan terbaik baginya. Akhirnya ia mengikuti bujukan Abbas dan setelah menutup rapat dirinya dengan kain akhirnya ia duduk menumpang di keledai yang ditunggangi oleh Abbas. Setiap penjagaan bisa mereka lewati karena sang penunggang adalah Abbas, salah satu kaum muslimin dan seorang paman rasul pula.

Akhirnya sampai pada lapisan penjagaan terakhir, di mana di sana ada umar. Walaupun ditutup rapat, akhirnya umar bisa mengenali dari mata sang penumpang di belakang Abbas, yaitu Abu Sufyan sang musuh tertinggi kaum muslim waktu itu. Dengan mengucapkan tahmid bahwa Allah telah mengirimkan hadiah kepadanya yaitu sebuah kesempatan untuk membunuh seorang Abu Sufyan yang ada di depan matanya. Namun Abbas mencegah perbuatan Umar dengan mengatakan bahwa Abu Sufyan berada di bawah jaminan. Jadi tidak ada seorangpun kaum muslimin yang berhak membunuhnya. Lalu Umar mengatakan mana mungkin seorang pemimpin tertinggi Quraisy bisa mendapatkan proteksi keselamatan dan ia bersikeras membunuhnya adalah pilihan yang tepat bagi Umar. Akhirnya mereka berdua berargumen sampai akhirnya Abbas memaksa untuk membawa Abu Sufyan ke hadapan rasulullah. Kedua mereka bergegas menghadapi rasulullah. Akhirnya setelah lama berperang mulut dan menumpahkan emosi masing masing. Abbas dengan sengit mengatakan bahwa sebenarnya engkau wahai Umar memaksa ingin membunuh Abu Sufyan karena ia berasal dari Bani Abdi Manaf. Seandainya lah Abu Sufyan berasal dari kalanganmu (Bani Ady) maka kamu pasti tidak akan berbuat seperti ini. Secara garis keturunan Abu Sufyan berasal bani umayyah sedangkan Abbas dari bani hasyim dimana bani umayyah dan bani hasyim ini adalah anak anak dari abdi manaf. Dengan kata lain Abbas dan Abu sufyan adalah sepupu. Atau tepatnya Abu sufyan lebih dekat ke Abbas di bandingkan dengan ke Umar (karena umar berasal dari bani Ady). Bagi Arab quraisy klan klan ini sangat penting begitupun kebiasaan mereka memberi proteksi/jaminan akan nyawa seseorang adalah sebuah kebiasaan yang lazim.

Mendengar perkataan Abbas tersebut, lalu intonasi suara Umar berubah. Cukup ya Abbas, engkau telah melangkahi umit. Ketahuilah oleh kamu bahwa salah satu hari yang membuatku bahagia adalah hari di mana kamu, wahai Abbas, menyatakan diri masuk islam bahkan hari itu akan lebih terasa membahagiankan bagiku dibandingkan jika seandainya ayah kandungku sendiri (Al khattab-meninggal sebelum kerasulan) menyatakan dirinya masuk islam. Ketahuilah, kebahagian tersebut saya rasakan karena saya tahu bahwa islamnya dirimu wahai abbas tentu akan lebih membuat rasulullah menjadi bahagia. Dan kebahagian rasulullah itulah yang membuatku merasa bahagia pula. Begitulah cinta umar kepada rasulullah. Jadi saat iya ingin membunuh Abu Sufyan bukan dikarenakan Abu Sufyan dari bani Abdi manaf (yang tidak satu klan dengan Umar: Banu Ady) namun melainkan karena Abu Sufyan adalah musuh utama kaum muslimim waktu itu. Dan tentu semua kita tahu bahwa akhirnya Abu Sufyan besoknya saat penaklukan mekkah menyatakan dirinya memeluk islam.

Anak perempuan Umar bin Khattab

Sudah jamak di masyarakat awam bahwa banyak yang menerima kisah Umar terutama terkait ia membunuh anak kandungnya sendiri. Saya belum selesai membaca kisah Amirul mukminin ini dengan tuntas namun sudah selesai membaca bagian hidupnya sebelum ia masuk islam. Buku yang saya baca ditulis oleh Ibnu Katsir. Di sana tidak tertulis terkait kisah yang selalu didendangkan tersebut, yakni Umar di zaman jahilianya membunuh anak perempuanya.

Praktik membunuh anak perempuan di zaman jahiliah memang pernah terjadi. Namun, setelah ditilik dengan detail tidak ditemukan bani ady membunuh anak perempuan mereka apalagi Umar bin khattab yang dikenal sebagai duta quraisy, yang memiliki reputasi baik di kalangan quraisynya. Hal ini juga dibuktikan di mana perempuan perempuan bani ady yang lahir di zaman jahiliah masih hidup, sebut saja Fatima binti Khattab saudarinya serta banyak perempuan perempuan bani ady lainnya yang lahir di zaman jahiliah tidak ada yang dibunuh oleh ayah ayah mereka.

Jika dibaca lagi sejarah beliau maka anaknya yang tertua adalah Hafsah. Sudah kebiasaan orang arab untuk memiliki kuniah denga nama anak tertuanya (yang laki laki). Namun karena anak yang tertua dari Umar adalah Hafsah (perempuan) maka kuniyah (nama panggilan/gelar) Umar bin kattab adalah Abu Hafsah (Ayahnya si Hafsah). Dan kita semua tahu Hafasah lahir di zaman jahiliah dan ia tetap hidup karena Umar tidak pernah membunuh anak perempuannya sama sekali.

Cerita cerita negatif yang diselipkan ke Umar dan sahabat mulia lainnya banyak sekali namun adalah sebuah kebaikan dan ganjaran bagi kita sebagai orang yang berakal untuk mencari sejarah yang benar adanya.

Kebenaranya adalah Umar tak pernah membunuh anak perempuannya. Kisah kisah seperti ini sudah seharusnya dihilangkan dari dongeng dongen yang kita dengar mulai saat ini sampai masa mendatang dan untuk ditutup selamanya agar jangan sampai ditularkan lagi dongeng dongeng tersebut ke anak cucu dan cicit kita selanjutnya.

Salah satu cara apakah sumber bacaan kita adalah yang benar maka Aid Al Qarni pernah menuliskan “Bacalah karya ulama ulama yang kebenarannya sudah diakui”

Salam dari Negeri seberang.

Was Was, Siapa yang lebih baik dari Umar

Dikisahkan dari sejarah Umar bahwa pada saat kepemerintahannya dia pernah meminta orang orang datang ke masjid dan mengumpulkan mereka di sana. Ia menaiki mimbar dan memberikan khutbah singkat di sana. Kira kira bunyinya begini.

“Wahai manusia. Saya masih ingat benar bahwa saya dulunya selalu mengembalakan ternak dari ayahku dan juga ternak dari paman dan bibiku dari kalangan banu makzum. Tidaklah saya dapatkan upah dari mengembala ternak tersebut melainkan hanya segenggam kurma yang kusam dan kering. Terkadang saya harus bermalam sendiri di lembah sunyi itu dengan ternak ternaku. Benar benar sendiri tiada manusia lain selain aku dan Allah taala saja di sana”.

Setelah Umar turun dari mimbar, Abdurrahman bin Auf lalu bertanya “Ya amirul mukminin, apa inti dari khutbah singkatmu hari ini? Engkau kumpulkan orang orang hanya untuk mendengarkan kamu “merendahkan” dirimu”

Umar berkata, “Ada was was/bisikan yang berbicara dalam hatiku, Wahai Umar kamu adalah Amirul Mukminin, siapa yang lebih baik darimu sekarang? Karena ada Was Was inilah saya ingin mengembalikan diri saya ke asalnya bahwa saya dulunya juga pernah menjadi pengembala dan tidak perlu memandang lebih baik dari orang lain walau sekarang saya menjadi amirul mukminin.

Syaitan dengan was was nya selalu menyertai kita. Tinggal tugas kita adalah menyiapkan senjata agar bisikan bisikan yang melenakan jangan sampai membuat kita kalah. Saat kita berada di “atas” ingatlah bahwa dulunya pernah berada di “bawah”. Jika sekarang jadi pemimpin ingatlah dulu pernah jadi yang dipimpin sehingga sifat angkuh merasa diri lebih baik tidak timbul di dalam hati.

Menggambar Nabi Muhammad SAW

Saya baru saja menonton sebuah film singkat dari sini. Sebuah film yang berdurasi kurang lebih 4 menit. Sebuah film pendek yang sangat menyentuh menurut saya.

Dikisahkan di sebuah sekolah yang sederhana yang berlokasi di suatu daerah di Prancis. Murid yang jumlahnya tak seberapa itu diajari oleh seorang ibu guru. Setelah murid murid memberi hormat saat bu guru masuk ke ruang kelas, sang guru bertanya terkait apakah mereka ikut berdemo kemarin. Agaknya demo yang dimaksud adalah demo untuk mengutuk insiden penembakan para pekerja di Charlie hebdo.

Serta merta setelah murid dipersilahkan duduk, sang guru memberikan murid masing masing selembar kertas kosong. Murid diminta untuk menggambar nabi Muhammad SAW. Salah seorang murid laki laki di kelas mengangkat tangan hendak menyampaikan pertanyaannya, namun ditolak tegas oleh ibu guru dengan mengatakan tidak ada pertanyaan.

Para murid mulai menggambar sedangkan si murid laki laki ini masih terlihat gusar dan risau. Terlihat dari cara ia memainkan kalamnya pertanda ia kesukaran untuk menggambar nabi Muhammad SAW. Ia tidak kunjung jua memulai untuk menggambar sang nabi. Pada akhirnya waktu kelas dinyatakan berakhir semua murid mengumpulkan apa yang diperintahkan oleh bu guru tersebut. Menjelang akhir film dinarasikan begini.

Baginda nabi,

Hari ini di sekolah, bu guru meminta kami untuk menggambar wajahmu.

Aku sangat suka menggambar namun aku belum pernah bersua denganmu.

Karena itulah aku hanya memejamkan mataku.

Kulihat genangan air mata membasahi pipi ibunda ketika dia memaca kisahmu.

Kulihat ayah selalu melakukan sholat di setiap waktunya.

Kulihat lihat kakak masih tersenyum walau ia dicaci saat di jalanan.

Kulihat teman baiku memintaku untuk meminta maaf walaupun sebenarnya akulah yang disakiti.

Aku ingin menggambar semua yang kulihat.

Di sini orang orang ingin melihat secara nyata dan menyaksikan semuanya secara nyata pula.

Namun kembali kupejamkan mataku dan kulihat kau menghampiriku.

Dengan senyum yang paling menawan.

Bagaimana mungkin aku bisa menggambar senyum yang paling menawan begitu?

Ibu guru tidak memberikan aku kesempatan untuk berbicara saat aku ingin menjelaskan kepadanya.

Untuk itu, aku tak pula menyalahkannya.

Agaknya dia belum pernah mencoba untuk mencitai orang lain jika ia belum pernah melihat orang itu.

Namun bagiku, aku mencintaimu walaupun aku belum pernah bersua denganmu.

Aku tak terlalu pandai menggambar namun aku sangat menyukai menulis.

Aku sangat suka sekali menulis kepadamu ya rasulullah.

Seandainya engkau kembali kepada umat ini untuk beberapa jam saja, beberapa menit atau beberapa detik saja.

Tentulah bu guru akan memahami semua itu dengan seketika.

Hidup Sahid dan Mati Masuk Surga

Agaknya slogan yang mengatakan hidup mulia atau mati sahid tidak berlaku bagi sahabat yang satu ini. Karena keberaniannya di perang uhud dalam membela rasulullah maka beliau digelari hidup sahid oleh para sahabatnya. Saat perang uhud tersebut dialah satu satunya muhajjir yang melindungi rasulullah bersama sebelas sahabat anshor lainnya. Saat kecamuk mulai reda, ia ditemukan mengalami pendarahan hebat akibat memiliki begitu banyak luka, baik dari sabetan pedang, lemparan tombak dan tembakan anak panah. Kakinya telah dipotong dan ia terjatuh ke dalam sebuah lubang di mana ia terbaring tak sadarkan diri dan tak berdaya.

Namun, dari sekian banyak gelar yang diberikan sahabat kepadanya, hal yang dikabarkan rasulullah SAW lah yang membuat semua orang akan iri kepadanya, yaitu bahwa ia termasuk salah satu dari sepuluh sahabat yang dijanjikan masuk surga. Duhai Tolhah bin ubaidillah RA engkaulah orang yang semasa hidupmu telah sahid dan saat matimu kau dimasukan pula ke surga untuk melihat wajahNya.