Dari akal dan ilmu

Jika diadu berdasarkan kekuatanya mungkin gajah akan menang, dengan taringnya maka harimau yang berjaya, dengan tanduknya maka kerbau yang akan juara.

 


 

Tapi manusia adalah sebaik baiknya bentuk, terutama ada akal yang menuntun untuk menuju ilmu. Orang berakal adalah orang yang mampu menggunakan keunggulan di bidang keilmuan sehingga ia menjadi pribadi yang luas wawasannya. Keluasan wawasan itu hendaknya ditujukan agar mendekatkan diri kepada sang pencipa, Allah swt, dalam bentuk iman dan ketakwaan. Kalau hanya untuk menang menangan maka gajah, harimau dan kerbaupun bisa jadi pemenang untuk aspek yang mereka memang unggul di situ. Jadikan aspek akal dan ilmu agar tepat sasaran.

Jangan serakah, dan kita ini lebih satu kurang satu (Jan lobo, Awak Go Lobio Ciek Kughang Ciek)

Tersenyum di hati saya dibuatnya, “bini rancak mintuo kayo”, itulah tulisan kaos oblong yang banyak dijual oleh penggalas di pasa ateh, area lobang jepang dan jam gadang kota bukittinggi, ibukota Indonesia di zaman PDRI dan tanah kelahiran Drs. Muhammad Hatta (Bung Hatta) bapak proklamator kemerdekaan NKRI. Enak betul hidup begitu, kata saya dalam hati, hendak untuk kita semua sampai tak bersisa untuk orang lain.

Sesuatu tidaklah sempurna ketika ia tak memiliki ketidaksempurnaan. Kita selalu ingin semuanya. Menjadi dosen yang bisa berpendidikan tinggi ke luar negeri, ingin meraih guru besar di usia muda, menjadi pejabat di lingkungan kerja, masuk 2% ilmuan dunia, bimbingan mahasiswa yang berkualitas, kolega senang semuanya. Saya rasa itu tidaklah sempurna.

Untuk mencapai Indonesia merdeka, proklamator bung Hatta, rela menunda pernikahannya. Sehingga setelah NKRI tegak baru ia mempersunting ibu Rahmi.

Dari kawan yang suka mengawinkan bibit, beliau berujar kepada saya, “bibit bibit jeruk, melon dkk yang kami kembangkan di negeri Kampar sini adalah untuk diangkut ke sumatera utara, karena tuhan adalah khalik sempurna, ia tumbuhkan bibit dengan baik di negeri Kampar ini lalu batangnya tumbuh subur dan berbuah berkualitas di Brastagi sumatera utara sana dan sekitarnya, sebaliknya bibit tak dapat dibiakan dengan baik di sumatera utara”. Cerita uniknya adalagi, kecambah yang sama lalu dibiakan di payakumbuh sumatera barat namun tukang kawinnya haruslah orang Kampar, jika tak demikian kecambah tersebut tak akan menjadi bibit kawin yang baik. Saya yakin, bahwa dalam hidup ini kita selalu lebih satu dan kurang satu. Ada saja sesuatu yang tidak kita punya tapi dimiliki oleh orang lain. Agar tercapai kesempurnaan, maka berkawanlah sehingga yang tak ada di kita ditutupi oleh kawan yang lain.

Perjalan Ayah Anak dan Si Leher Beton

Suatu kesempatan saya beruntung dikawal olehnya di penghujung 2014 menjelang tahun baru 2015. Ia mengawalku dari Belfast, Irlandia Utara ke Asthon Under Lyne nun di dekat Manchester Raya, Di England sana. Sebuah perjalan ayah dan anak yang kumanfaatkan untuk mengajari tentang susah dan senang, duka dan suka serta berat dan ringan.

 

Kuajarkan kepadanya bahwa selain di hotel dan rumah yang beralaskan kasur emput, ternyata tidur bisa di mana saja dan selain berpetualang dengan pesawat terkadang kita harus sering sering merebahkan diri di bangku bangku kereta api, lantai mesjid serta di dak dak kapal feri yang dinginnya bisa membuat imun di badan bertambah bagus. Tak ku kuliah banyak ia yang masih 4 tahun di waktu itu. Namun aku rasa aku telah memberi contoh yang lebih untuk anak sesusia kecil mungil dirinyanya, dengan perbuatannku dan contoh langsung dariku.

 

Aku makan apa yang juga kuberikan kepadanya. Aku hangatkan badan dengan selimut sama dengan tebalnya selimut yang kulilitkan kebadannya. Terkadang aku memeluknya dan ia membalas menciumku dengan mulut mungilnya yang tak berbau. Tidak seperti mulut kebanyakan orang yang lagi sedang berada di atas. Orang orang seperti itu muluk mereka berbau Busuk dan apa apa yang keluar dari mulut merekapun tak kalah busuknya dengan bau mulut mereka karena kata kata itu tak tercerna oleh otak dan tak terterima oleh hati nan bersih.

Lalu, terkenang jualah saya akan bidal orang tua tua dahulu di Kampar sana. Kepala yang tak pernah menunjung barang berat tak akan pernah memperoleh leher beton si Mike Tyson.

 


Syafiq sedang tertidur di atas karpet di sebuah masjid di asthon under line

 


Syafiq setelah bangun subuh di dalam feri penyeberangan Belfast ke Liverpool

 


Syafiq sedang menikmati sarapan sesaat kami sampai di stasiun ashton underline, England UK.

 

 

 


Syafiq tidur di sofa di dalam feri penyeberangan Belfast ke Liverpool, England UK

 

Anaku dan anak bangsa. Cubit cubitlah dirimu sebelum terasa sakit oleh orang saat kalian mencubit mereka. Hantam hantamlah kata kata ke sanubarimu sebelum kalian melukai hati orang yang tak berdosa dengan kata yang tajam bak sembilu buluh talang itu.


 

Masjid Fatih di kota Eindhoven

Masjid ini namanya masjid Fatih. Masjid yang dikelola oleh orang Turki di kota Eindhoven, Belanda. Nampaknya menjadi masjid raya di Eindhoven juga. Saya berkesempatan mengunjungi kota Eindhoven dari tanggal 29 Jun-5 Juli pada tahun 2015 (5 tahun lalu). Waktu itu saya membawakan 2 conference paper. Session chairnya adalah Prof Esteban Erlich (sudah meninggal sejak tahun lalu). Beliau adalah salah satu pakarnya di bidang power system. Paper yang saya bawakan ini sudah dirujuk oleh banyak peneliti lain. Di sinilah saya juga bertemu dengan beberapa orang putra hebat dari tanah air yang juga membawakan paper mereka. Ada Dr. Marwan Rosyadi dari Jepang, Lesnanto Putranto dari UGM dan Ricky Faisal dari PT PLN (Persero) yang sekarang bertugas di Kalimantan.

Saya sempat 1 kali berbuka puasa di masjid ini karena bulan Juni-Juli 2015 masih bertepatan dengan bulan Romadhon. Photo photo berikut menunjukan sekelumit sudut masjid yang sempat saya ambil gambarnya. Yang menariknya, adalah ada juga photo besar barisan sultan sultan yang memerintah sejak Usman sampai sultan terakhir serta peta cakupan pemerintahan daulah usmani ini.


Tempat berbuka berada di lokasi terpisah. Tersusun rapi dengan meja dan kursinya. Beberapa anak muda dengan sigap melayani jamaah dengan menghidangkan makanan berbuka dan makanan besar. Salah satu jamaah menyodorkan daging kebabnya. Saya katakan bahwa yang ada di pinggan saya sudah cukup dan kemungkinan saya tak akan mampu menghabiskanya. Ia tetap memaksa dan saya tak pula bersikeras untuk menolak.

 


Tanda masuk magrib ditandai dengan kumandangan azan oleh sang bilal. Mereka berbuka lalu ada yang tausyiah menjelang tausyiah usai merekan pun nampaknya hampir selesai melahap bukaan dan lauk pauk yang ada di depan mereka. Tinggal saya yang kesulitan menghabiskan karena porsi saya adalah porsi tambahan dari jamaah yang duduk di sebelah saya. Saya berusah menghabiskanya namun menjelang penutup tausyahnya sang da’I menyampaikan sebuah hadits “Makan dan minumlah namun jangan berlebihan”. Saya gundah namun tetap saya habiskan, karena membuang makanan adalah pekerjaan yang sia sia dan kawanya orang yang seperti ini adalah syaiton…bukankah saya selali berdoa agar menjadi bagian dari hamba yang soleh??

Anak anak harus dikuatkan jasmaninya

Hal yang merisaukan benar selain hal lainya yang banyak itu adalah kekuatan jasmani untuk anak anak kita. Kenapa tidak, alam dan kondisi sudah tidak pas untuk membentuk jasmani mereka. Di sekolah, mereka keluar main hanya sekejap saja. Lapangan tak seluas halaman sekolah saya dulu. Dulu, saya bisa bermain bola kaki di halaman sekolah dikarena lebar dan luar benar halamanya. Saat ini, kalaupun halaman sekolah itu luas dan cukup namun waktu saat keluar main tidaklah cukup untuk mengasah jasmani mereka. Waktu singkat dan disita oleh waktu jajan pula. Dulu waktu keluar main, maka aktifitas saya memang bermain, aktifitas jasmani. Namun saat jasmani dikuatkan serta merta otak terasah. Lalu, tak ada satupun kaki lima yang berjualan di halaman sekolah apatah lagi kantinya. Jika ingin makan sate penyasawan yang lezat itu maka kita harus pergi ke pasar Rumbio baru bisa melahapnya, berjalan kaki 4 km jauhnya di tambah menyeberangi sungai kampar menggunakan rakit besar ataupun sampan kilat. Di rakit lagi jasmani di asah. Berdesakan dengan ibu ibu yang membawa belanja, jika salah posisi tegak bisa bisa terhambur badan ke sungai yang beraliran itu.

Sepulang dari sekolah, mata hari belum tenggelam di ufuk barat. Masih panjang waktu menunggu untuk senja tiba. Waktu ashar ke magrib inilah yang digunakan lagi lagi untuk olah Jasmani. Meniti pematang saat mengejar belalang di bekas petak ladang padi. Mandi berlomba lomba sampai hitam kulit bagaikan warna kala jengking, di aliran sungai kampar yang jernih itu. Saya biasanya baru ke darat jika bibir sudah memutih dan gigi gemerutak akibat lama berlomba lomba dan berendam di dalamnya. Bibir sungai yang terkadang adalah petak sawah ladang jika saat sudah selesai dituai, maka akan dijadikan lapangan bola kagetan. Tempat saya bermain boleh tak pakai sepatu. Permain bola akan selesai apabila si jontu berbunyi. Sampai magrib akan tiba dan mesti ke surau untuk mengaji.

Jika demikian permain bolah yang fair akan berubah menjadi permainan bola kosak. Kosak agaknya padanan kasak kusuk. Bola kosak ini terjadi pada injury time, tim diporbolehkan untuk menendang betis lawan satu sama lain. Yang keras betisnya maka biasanya akan merasa menang dan ndak masalah. Kalau betisnya lemah dan tak bertenaga mereka akan pulang ke rumah dan berangkat ke surau dengan kaki terpincang pincang. Lagi lagi jasmani.

Jika sungai kampar meluap, maka momen ini dinanti. Sungai yang bertebing tinggi di kampung saya (3-4 meter) akan diluapi oleh air sehingga bibirnya tinggal se jengkalan jari dewasa. Inilah momen bahagia, permainan gulat (saling tunda) untuk menjatuhkan lawan di sungai. Agar ndak terjadi sendirian makan lawan akan saya pelu erat, bagian dada atau paling enak bagian lehernya. Jikapun jatuh ke air maka akan jati bersama sama, kita tak kalah lawan tak pula memnang.

Semakin air meninggi saat banjir maka semakin keras aliranya. Jika jatuh ke sungai maka akan terbawah deras oleh arusnya. Jika si pegulan (saling tunda) tak pandai berenang maka akan hanyaut, maka jasadnya akan terapung di teratak buluh, 50 km dari kampung kami. Tapi lagi lagi permainan ini menambah kuat jasmani. Jika tercebur ke air maka ranting buluh aur (buluo aghu) adalah raihan yang sangat di cari. dengan menjangkau ujungnya maka tak jadi kita dihanyutkan. Selamat sampai ke darat.

Akhir Desember 2019 lalu selama 6 hari 6 mana saya ajak anak dan keluarga untuk olah raga jasmani ini berkendaraan darat menuju Sumatera utara. Semoga fisik mereka kuat dan pun begitu juga hendaknya spritualnya.

Istri (kiri) saya (kanan) dan 4 anak anak kami saat di tepian danau toba pada 30 Desember 2019.

Rihlah Keluarga 2019: Dari Rantauprapat dan mampir di masjid sebelum menuju ke Kisaran

Setelah melepas penat di salah satu hotel di kota Rantauprapat, maka pada jumat pagi tanggal 27 Desember 2019 kami pun melanjutkan perjalanan menuju Masjid Agung Ahmad Bakri di Kota Kisaran. Untuk jelasnya terkait masjid agung ini sila dicari di berbagai sumber yang ada.

Waktu perjalanan yang dibutuhkan kurang lebih 3 jam. Namun sebelum sampai ke tujuan, kami beberapa kali melakukan perhentian. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kantuk dan lelah serta menikmati perjalanan untuk spot spot yang penting. Rute perjalan dapat dilihat pada screen shoot pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Rute Rantauprapat menuju Kisaran

Untuk perjalanan panjang memang dibutuhkan istirahat agar jarak jauh yang bakal ditempuh bisa dicapai. Sebelum sampai ke Kisaran, kami mampir di beberapa tempat. Masjid yang kami singgahi ini sangat nyaman dan cocok sekali untuk melepas lelah. Di masjid disediakan ruangan khusus bagi musafir. Dengan demikian maka para musafir akan lebih leluasa untuk beristirahat.

 

Gambar 2. Masjid yang kamis singgahi

Gambar 3. Ruang Istirahat yang ada di sisi lain halaman masjid

Di ruang istirahat ini kami sekeluarga bisa menikmati bekal yang telah disiapkan sebelumnya. Anak anak lebih memilih mi instant. Menggunakan air panas yang memang sudah disediakan sebelumnya dalam termos air maka anak anak membuat mi instant mereka masing masing. Saya lebih memilih untuk makan nasi yang sudah dimasak di rice cooker sebelumnya waktu di hotel. Lauk pauk yang memang disiapkan menjadi teman nasi tersebut. Setelah puas melepas lelah dan mengisi perut agar tidak keroncongan maka perjalanan kami lanjutkan menuju kota Kisaran yang akan saya tulis pada posting selanjutnya, insyaAllah.

 

 

Rihlah Keluarga: Ruas Tol Pekanbaru ke Minas

Pada tanggal 26 Desember sampai dengan 31 Desember tahun 2019 lalu saya melakukan perjalanan dengan keluarga. Tujuan utama kami sekeluarga adalah kota Medan dan Danau Toba.

Perjalanan sudah dipersiapkan beberapa hari sebelum 26 Desember tersebut. Istri dan anak perempuan mempersiapkan pakaian ganti serta bekal di perjalanan. Lauk yang bisa tahan untuk waktu lama dimasak oleh isteri, seperti rendang ikan salai patin serta goreng ikan teri kentang balado. Bekal ini dikemas dengan rapi agar terjaga kualitasnya. Tidak lupa kami membawa peralatan masak dan termos air untuk persediaan air panas. Termos ini sangat bermanfaat, terutama jika harus singgah di perjalanan sambil meneguk secangkir kopi panas serta mi instant.

Gambar 1. Gerbang tol Pekanbaru

Tanggal 23 Des sampai dengan 2 Januari 2020, pemerintah melakukan uji coba ruang jalan tol sepanjang 9 km dari gerbang pekanbaru menuju gerbang kota minas. Saya beruntuk bisa menjajal ruas jalan ini. Terlebih dahulu sehari sebelum berangkat saya suah membeli kartu non tunai, karena inilah syarat pengguna tol yang diinstruksikan oleh pemerintah. Beruntung, walaupun kita menggunakan kartu ini, namun saldo yang ada dalam kartu tidak dikurangi. Karena masih uji coba dan tentunya gratis.

Gambar 2. Ruas tol Pekanbaru ke Minas

Dengan adanya ruas tol ini, jarak sebenarnya sepanjang 13.5 km menjadi 9 km namun dengan waktu tempuh yang sangat singkat. Keberadaan tol ini tentunya bisa menjadi solusi untuk persoalan waktu tempuh dan kemacetan jika dibandingkan menggunakan jalan lintas pekanbaru minas.

Ke depan, target pemerintah, ruas tol ini akan diperpanjang dan diharapkan rampung pada Maret 2020 sehingga bisa menggapai kota Dumai yang berada di pesisir timur propinsi Riau (dekat selat Melaka). Rute selanjutnya yang akan kami lewati adalah kota Duri, Bagan Batu, lalu masuk ke provinsi Sumatera Utara yang akan saya tuliskan untuk postingan berikutnya. Selamat menikmati serial rihlah keluarga kami.

 

Perbedaan Jalan Cerita dan Cita

Alexander Trent-Arnold adalah produk lokal Liverpool. Kota yang saya singgahi setidaknya 2 kali. Sekali bersama anak saya Syafiq dan sekali lagi saya sendirian. Kami berdua beranak berlayar dengan Ferry dari Belfast ke Liverpool. Dalam hal sepak bola, Trent mengidolakan Gerrad. Ia ingin menjadi Gerrad sebagai pemain lapangan tengah. Hari ini dia tidak bermain di posisi yang ia impikan saat masa kecil. Namun capaian menjadi pemain belakang kanan dalam usianya yang masih 21 tahun mungkin adalah salah satu yang terbaik di saat ini. Agaknya prestasi Marcelo dari Madrid yang saat ini berusia 31 tahun mungkin bisa saja dicapai oleh Trent sebelum ia berusia 31 tahun. Bisa dibayangkan jika Liverpool bisa menjuarai liga. Maka akan luar biasalah gapaianya. Menyatakan impian jutaan pengagum Liverpool yang terpendam selama 30 tahun tentulah kegembiraan tiada tara.

Gambar 1. Berada di Ferry Penyeberangan Ambarita (Pulau Samosir) menuju Ajibata (Prapat)

Setamat dari SMANSa, saya lansung balik kampung. Tidak sedikitpun membeli formulir UMPTN apalagi ingin mendaftar PTS. Satu satunya ikhtiar waktu itu adalah mengisi berkas Penerimaan Siswa Siswi Berprestasi (PSSB) Undip. SMANSa tak membolehkan seorang siswa mengisi 2 formulir undangan atau lebih. Jika tak ada PTN yang menerima maka saya tentu akan mendaftar ke BLK di Jalan Terubuk di belakang rumah kakak yang saya tinggal selama 3 tahun di situ, ingin menjadi migrant worker di Taiwan. Itulah singkat fikirku waktu itu. Lalu saya teringat di tahun 2008an saya malah pernah menjadi pengajar di BLK tersebut. FT UNRI mempunyai kerjasama di bidang pengajaran dengan BLK. Akhirnya, Allah, He who knows best what suits you.

Jangan Pernah Menyerah

Saya berulang kali mengunjungi liverpool baik bersama Syafiq maupun sendirian. Ini momen saya ke kota pelabuhan saat berkunjung 12 Maret 2016. Saya izin ke pemilik restoran untuk tidak masuk kerja karena ada helat besar yang diikuti di kota tersebut.


Kunjungan ini tetap dinikmati walau pada tanggal 24 Maret 2016 nya viva saya sudah dijadwalkan. Tidak perlu larut dengan persiapan berlebihan sehingga sesuatu selain viva PhD tetap jalan. Perjalanan panjang hanya bisa diakhiri dengan sekangat pantang menyerah dan taqdir ilahi.


Itulah yang tertulis di kaos oblong yang dipakai oleh Muhammad Salah, striker yang tak turun di semi final itu. Untuk menuju tujuan final ada jalan terjal yang harus dihadapi yaitu, membunuh raksasa catalan bagaikan sebuah misi wajib namun mustahil.


Entahlah, mungkin semangat “pantang menyerah” yang membuat mereka terus berharap sehingga akhirnya kekalahan telak 0 vs 3 di Camp Nou dibalas tunai 4 vs 0 di Anfield.

Welldone lads. Harapan menjadi double champion tentu terbuka lebar. “Pantang Menyerah ya”.

Berkunjung ke Hatjai

Pekerjaan di UiTM Perlis sebagai juri usai sudah pada tanggal 25 April nya. Pada tanggal 26 April adalah waktu penutupan dan pengumuman pemenang. Panitia mengabari ke kami bahwa jika ada hal lain yang ingin dikerjakan maka tak perlulah kami hadir pada acara penutupan tersebut. Kenangan dan bersua dengan kolega se profesi menambah wawasan. Saya bersua dengan kolega dari UIR dan UIN Pekanbaru. Tim dari UIR salah satunya prof. Hasan Basri Jumin rektor UIR sebelumnya yang juga bertugas jadi juri. Beliau sudah berkiprah menjadi juri sejak i-IDeA 2016 lalu jadi memiliki pengalaman yang banyak.

Tim UNRI memutuskan untuk menggunakan hari tanggal 26 April 2018 tersebut untuk berkunjung ke Thailand. Untuk menuju ke sana, kami menggunakan taksi dari penginapan kami di hotel putra regency ke stasiun kerata api Arau yang membutuhkan waktu kurang lebih 10-15 menit perjalanan. Jalan raya sangat mulus pun begitu dengan stasiun Arau. Sekilas stasiun di kota kota kecil di Malaysia memiliki rancangan bangun yang mirip dengan stasiun di UK seperti di Irlandia Utara. Suasana stasiun nyaman. Antrain tetap terjaga dan terlebih lagi, harga tiket cukup murah dan kedatangan dan keberangkatan kereta tepat waktu.

Photo: Loket Tiket di Stasiun Arau

Untuk menuju thailand, kami harus berhenti di stasiun padang besar. Harga tiket dari Arau ke Padang besar sebesar 3,2 Malaysia Ringgit dan memerlukan waktu tempuh selama 19 menit. Sesampai di Padang besar kami harus melapor ke imigrasi Malaysia untuk meninggalkan negara malaysia lalu dilanjutkan ke kantor imigrasi thailand untuk memasuki negara thailand. Pendatang yang memasuki thailand diminta untuk membayar sebesar 5 bath namun jika menggunakan ringgit biasanya dibulatkan menjadi 1 ringgit malaysia. Kita akan diberikan kartu ketibaan dan dikartu tersebut akan diminta dituliskan tujuan kunjungan ke thailand. Saya menuliskan one day trip karena pada sorenya saya berencana akan balik ke perlis malaysia.

 

Photo: Stasiun Arau

Setelah paspor dicap di imigrasi thailand perjalanan selanjutnya adalah menuju stasiun angkutan darat yang menggunakan vans dengan penungpang sebanyak 9 orang. Suasana van sangat nyaman dan jalanan sangat mulus mulai dari stasiun van tersebut sampai ke pemberhentian di kota hatjai, thailand. Target kami tim UNRI selanjutnya adalah mencari taksi sewa yang bisa membawa kami keliling kota hatjai, thailand. Akan saya sambung pada tulisan mendatang. Insyaallah.